Tren Positif Gerakan Pemuda Membangun Perdamaian dan Toleransi di Kota Makassar
Sebuah
foto seorang gadis bercadar, Ainun Jamilah berswafoto dengan Lidia petugas
Liturgi pembaca sabda Gereja Katedral diabadikan hampir setahun yang lalu usai
pelaksanaan Misa Natal di Gereja Katedral, Makassar 25 Desembaer 2019. Foto
Ainun dan Lidia viral di media-media sosial dan menjadi bahan kampanye
toleransi di Kota Makassar.
Baca juga: Andi Intang; Guru Harus Kenali Ciri Paham Radikal-teroris
Foto
ini pertama kali diabadikan oleh wartawan Tribuntimur.com. Dalam foto itu,
Ainun yang menggunakan pakaian niqab berwarna cokelat berfoto dengan Lidia yang
menggunakan pakaian berwarna putih dengan kerudung putih menutupi sebagian
rambutnya.
Tak
tampak sedikitpun keduanya merasa risih untuk saling berfoto meskipun baru
pertama kali bertemu. Keduanya tampak sangat akrab bagai dua sahabat yang sudah
lama berkenalan. Tangan kanan Ainun memegang handphone untuk memotrek dirinya
dengan Lidia yang tersenyum di sampingnya dengan latar suasana Geraja Katedral
yang baru saja melaksanakan Misa Natal tahun 2019.
Ainun
merupakan anggota Jaringan Lintas Iman (JALIN) Harmoni Sulsel. Kedatangan Ainun
bersama teman-temanya dari berbagai latar belakang agama dan keyakinan yang
berbeda dengan maksud membersihkan Gereja Katedral pasca perayaan Misa Natal.
Aksi
sosial ini bukan yang pertama kali dilakukan komunitas yang beranggotakan 30
organisasi kepemudaan dan kegamaan ini. Awal tahun 2017 lalu, sebanyak 300
orang yang berasal dari berbagai agama dan keyakinan bergerak bersama
membersihkan pantai Losari yang dipenuhi sampah sisa pesta perayaan pergantian
tahun. Kegiatan inipun menjadi agenda rutin tiap tahunnya komunitas ini.
Dalam
upaya merawat perdamaian dan toleransi, dialog-dialog lintas agama dilakukan
setiap moment-moment tertentu. Untuk menjaga silaturahim dan kekompakan antar
anggota JALIN Harmoni saling mengunjungi setiap perayaan hari-hari besar
keagamaan tak pernah absen setiap tahunnya.
“Saya
menemukan keluarga yang baru setelah bergabung di JALIN Harmoni dan komunitas
lintas Iman lainnya, yang menerima saya tanpa melihat pakaian saya dan latar
belakang agama dan keyakinan saya,” kata Ainun kepada seputarsulawesi.com 28
Oktober 2020.
Alumni
UIN Alauddin ini mengakui sambutan yang hangat justru dia temukan ketika mulai
bergabung di komunitas-komunitas lintas iman. Perbedaan agama bukan penghalang
baginya untuk bersahabat dan bekerjasama melakukan kegiatan-kegiatan sosial.
Menurutnya, nilai-nilai kemanusiaan itu jauh lebih tinggi di atas rasa egoisme
beragama.
“Selama
bergabung dengan komunitas-komunitas lintas iman dan perdamaian, saya tidak
pernah merasa keimanan saya lemah, justru menambah keyakinan saya akan ajaran
agama Islam yang sangat humanis, mengedepankan keadilan dan mengedepankan persaudaraan,”
jelas Ainun.
Ainun
bergabung di JALIN Harmoni berawal dari pelatihan penguatan kapasitas pemuda
lintas iman angkatan kedua yang dilaksanakan atas kerjasama Lembaga Advokasi
dan Pendidikan Anak Rakyat (LAPAR) Sulsel, OASE Intim, JALIN Harmoni Sulsel dan
Interfidei Jogja setahun yang lalu.
Komunitas-Komunitas
Perdamaian di Makassar
JALIN
Harmoni bukan satu-satunya komunitas tempat Ainun berproses dan belajar tentang
perdamaian dan toleransi. Pertama kali Ainun mengenal adanya
komunitas-komunitas perdamaian di Kota Makassar saat diajak kawannya bergabung
di Persaudaraan Lintas Iman (PLI).
Dari
situ Ainun bertemu Ketua PGIW Sulselbara, Pdt. Adrie Masie dan diajak gabung di
Sentra Jaringan Warga Bhineka (Sejiwa), terus memperluas jaringan di JALIN
Harmoni dan berpartisipasi dalam kegiatan Aliansi Perdamaian Makassar.
Beberapa tahun belakangan ini, komunitas-komunitas perdamaian dan toleransi di Kota Makassar subur berkembang bagai jamur yang tumbuh di musim hujan. Sebagian besar komunitas-komunitas ini digerakkan oleh anak muda. Pada aksi kolobarasi peringatan Hari Perdamaian Internasional 2019, Aliansi Perdamaian Makassar mencatat ada 53 organisasi yang bergabung menyukseskan kegiatan tersebut.
Foto bersama 53 komunitas perdamaian usai perayaan Hari Perdamaian Internasional 2019. (Dok. Aliansi Perdamaian Makassar)
Direktur KITA Bhineka Tunggal Ika, Thery Alghifary mengatakan dari tahun 2015 mulai tumbuh inisiatif gerakan-gerakan masyarakat membentuk komunitas, tetapi berangkatnya dari isu pendidikan. Di Makassar sendiri, momentum tumbuhnya komunitas-komunitas perdamaian itu tahun 2017 ketika sudah ada kesadaran dan inisiatif gerakan anti kekerasan, anti bully, dan anti hoax.
“Perlu
disyukuri dengan tumbunya komunitas-komunitas perdamaian ini. Namun, kolaborasi
antar komunitas-komunitas perdamaian perlu dikelolah dengan baik,” kata salah
satu inisiator Aliansi Perdamaian Makassar ini.
Akbar,
Koordinator Peace Generration Makassar tertarik dalam mengkampanyekan isu
perdamaian karena melihat Kota Makassar sangat rawan dengan aksi-aksi
kekerasan, redikalisme dan intoleran.
“Jangankan
skala besar, di tingkat mahasiswa atau kelompok pemuda saja sangat rentan
dengan isu-isu intoleransi atau radikalisme,” kata Akbar.
Keberagaman dan Toleransi di
Kota Makassar
Menguatnya
kekerasan identitas pasca reformasi berpengaruh terhadap situasi kebaragaman
dan toleransi di beberapa daerah di Indonesia. Kondisi ini juga dirasakan di
Kota Makassar. Masalah-masalah intoleransi tiap tahunnya masih kita jumpai di kota
yang heterogen ini. Diskriminasi terhadap kelompok minoritas dan kekerasan
antar kelompok identitas masih mewarnai keberagaman Kota Makassar.
“Isu
yang paling berat di Makassar menurut saya adalah kekerasan yang laten,
kekerasan antar kelompok indentitas, antar suku, antar fakultas di
kampus-kampus, antar daerah dan antar aliran atau agama. Ini cukup berbahaya
karena sudah menjurus pada kekerasan,” kata Thery.
Hasil
survei dan penelitian beberapa lembaga juga menempatkan kondisi keberagaman dan
toleransi di Kota Makassar dalam keadaan tidak baik-baik saja. Hasil Survei
Setara Institute tahun 2018 menempatkan Kota Makassar masuk dalam 10 Kota intoleran
di Indonesia.
Meski
Thery mempertanyakan indikator-indikator beberapa lembaga survey tersebut, tetapi, menurutnya hasil survei-survei ini akan
jadi motivasi dan mendorong komunitas-komunitas yang tergabung di Aliansi
Perdamaian Makassar untuk lebih aktif lagi mengkampanyekan perdamaian dan
toleransi serta memperluas jaringan dan merangkul lebih banyak lagi orang untuk
terlibat bersama-sama dalam aksi ini.
Thery
berharap gerakan yang dilakukan komunitas-komunitas ini bisa menyasar masuk ke
kampus-kampus. Menurutnya masih kurang komunitas yang bergerak masuk ke
kampus-kampus memberikan edukasi kepada mahasiswa. .
Sementara
Akbar melihat fenomena suburnya komunitas perdamaian dan toleransi ini sebagai
hal yang positif. Semakin banyak komunitas atau lembaga yang bergerak di isu perdamaian
dan toleransi. Maka semakin banyak pula melahirkan agen-agen yang berkecimpung
di isu perdamaian dan toleransi ini.
“Mungkin
masih terlalu dini bahwa banyaknya komunitas perdamaian memberikan dampak
massif ke depannya. Akan tetapi saya pribadi optimis dengan gerakan-gerakan
komunitas ini yang banyak aksi-aksi kolaborasi memberikan dampak positif
kehidupan masyarakat di Kota Makassar ke depan.” Tambah Akbar.
Optimisme
Akbar bukan tidak beralasan, di antara komunitas-komunitas perdamaian dan toleransi
ini tidak sedikit komunitas yang bergerak pada pencegahan tindakan-tindakan
kekerasan dan intolerasi khususnya pada anak muda.
“Komunitas
ini ada yang khusus bergerak pada bidang pendidikan atau edukasi pencegahan timbulnya tindakan-tindakan kekerasan
dan intoleran serta menanamkan nilai-nilai perdamaian dan toleransi khusus kepada
anak muda di Kota Makassar,” jelas Akbar.
Berangkat
dari niat yang baik untuk meminimalisir kekerasan, intoleransi dan radikalisme
khususnya di kalangan pemuda dan menciptakan suasana yang damai serta
penghargaan akan perbedaan dan keberagaman di Kota Makassar. Upaya Ainun,
Thery, Akbar dan banyak lagi anak muda di Kota Makassar perlu mendapat
apresiasi dan dukungan dari berbagai pihak.
“Kalau
bukan kita anak muda yang menerapkan nilai-nilai perdamaian dan toleransi ini,
siapa lagi yang kita harapkan melanjutkan nilai-nilai perdamaian dan toleransi ke
depannya,” pasan Akbar.
Laporan : Muhammad Iqbal Arsyad